Tanah merupakan bagian kerak bumi yang terdiri dari mineral dan bahan organik. Tanah memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan di bumi ini karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.
Tanah terbentuk dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Tubuh tanah (solum) terdiri dari batuan yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen. Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi.
Di dalam tanah banayak terkandung kandungan makro dan mikro diantaranya sebagai berikut.
1. Kandungan Makro dalam Tanah
- Kandungan organik
- Nitrogen
- Fosfor
- Kalium
- Kalsium
- Magnesium
- Belerang
2. Kandungan Mikro dalam Tanah
Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain sebagai berikut.
- Besi (Fe)
- Mangan (Mn)
- Seng (Zn)
- Tembaga (Cu)
- Molibden (Mo)
- Boron (B)
- Klor(Cl).
Tanah memiliki berbagai macam jenis yaitu sebagai berikut.
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, memiliki ciri warna cokelat sampai dengan kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya suatu proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Jenis ini banyak terdapat di rawa sumatra, Kalimantan dan Papua, kurang baik untuk sebuah pertanian ataupun perkebunan karena derajat pada keasaman nya tinggi.
2. Tanah Aluvial
Jenis tanah yang satu ini masih muda,belum mengalami suatu perkembangan. Bahannya yang berasal dari material halus yang diendapkan oleh sebuah aliran sungai. Oleh sebab itu, tanah jenis ini banyak biasanya terdapat didaerah datar sepanjang aliran sungai.
3. Tanah Regosol
Jenis tanah yang satu ini merupakan sebuah endapan abu vulkanik baru yang mempunyai butir kasar. Pada penyebaran terutama di daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak berada didaerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
4. Tanah Litosol
Jenis tanah yang satu ini merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan suatu lapisan yang tidak begitu tebal. Bahannya yang berasal dari suatu jenis batuan beku yang belum mengalami suatu proses pelapukan yang secara sempurna. Jenis tanah ini banyak dijumpai dilereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
5. Tanah Latosol
Jenis tanah yang satu ini tersebar berada didaerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan pada ketinggian tempat berkisar 300 sampai dengan 1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api yang kemudian mengalami suatu proses pelapukan lanjut.
6. Tanah Grumusol
Jenis tanah ini berasal dari sebuah batu kapur, batuan lempung, jenis tanah ini tersebar didaerah iklim subhumid atau subarid dan pada curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
7. Tanah Podsolik
Jenis tanah ini berasal dari sebuah batuan pasir kuarsa, yang tersebar didaerah yang beriklim basah tanpa bulan kering, dan curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung sampai berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warnah merah dan kering.
8. Tanah Podsol
Jenis tanah ini berasal dari sebuah batuan induk pasir. Pada penyebarannya didaerah yang beriklim basah, topografi pegunungan, misalnya didaerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Papua Barat. Tingkat kesuburan tanah rendah.
9. Tanah Andosol
Jenis tanah ini berasal dari sebuah bahan induk abu vulkan. Pada penyebarannya didaerah yang beriklim sedang dengan curah hujan diatas 2.500 mm/tahun tanpa bulan kering. Pada umumnya dapat dijumpai didaerah lereng atas kerucut vulkan pada suatu ketinggian diatas 800 meter. Warna tanah jenis ini pada umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.
10. Tanah Mediteran Merah Kuning
Jenis tanah yang satu ini berasal dari sebuah batuan kapur keras (limestone). Pada penyebarannya didaerah yang beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian dibawah 400 m. Warna tanah nya cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning yang berada didaerah topografi karst disebut dengan “Terra Rossa”
11. Hidromorf Kelabu
Jenis tanah yang satu ini pada perkembangannya lebih dipengaruhi oleh suatu faktor lokal yakni pada topografi yang berupa sebuah dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air dan warna kelabu hingga kekuningan.
Tanah juga dapat tercemar yang diakibatkan masuknya benda asing (misalnya senyawa kimia buatan manusia) ke tanah dan mengubah suasana/lingkungan asli tanah sehingga terjadi penurunan kualitas tanah. Pencemaran dapat terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara sembarangan (illegal dumping).
0 komentar:
Posting Komentar